Do your best

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Pages

Sejarah Satuan Pemeliharaan 51

SATHAR 51“ SANG PENGAWAL MATA ELANG ”
Satuan Pemeliharaan 51 merupakan satuan pelaksana Depohar 50 sehingga sejarah terbentuknya Satuan Pemeliharaan 51 tak lepas dari sejarah Depohar 50. Depohar 50 sebagai pusat pemeliharaan alutsista radar berawal dari masa perjuangan setelah proklamasi kemerdekaan. Berawal dari tuntutan kebutuhan akan adanya kekuatan pemantauan udara yang handal, pemerintah Indonesia kemudian merealisasikannya dalam wujud rencana pembangunan pusat logistik radar. Rencana tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan penandatanganan kontrak perjajian dengan Polandia berupa kesepakatan untuk melakukan pengiriman para siswa dari Indonesia untuk belajar teknologi radar di Polandia serta pembangunan pabrik perakitan radar di Indonesia.

Dasar pemikiran tentang rencana pembangunan pusat logistik radar setingkat pabrik perakitan tersebut ditujukan untuk terciptanya kejayaan dan kedaulatan wilayah udara NKRI yang saat itu masih sering dirundung masalah karena banyaknya ketidaksesuaian perjanjian penyerahan kekuasaan oleh Belanda di era pasca kemerdekaan. Pemerintah saat itu berharap bahwa kita tidak hanya memiliki tempat pemeliharaan radar, melainkan juga memiliki sebuah pabrik yang mampu memproduksi radar sebanyak yang dibutuhkan oleh NKRI.

Setelah kesepakatan dengan pihak Polandia terwujud, AURI segera menindakanjuti dengan melakukan segala persiapan untuk menunjang rencana tersebut. Masalah sempat timbul ketika jumlah personel AURI yang cukup terbatas Karena sebagian besar personel disiapkan untuk mengawaki pesawat yang memang sudah cukup banyak dan mutahir, baik sebagai pilot maupun ground crew. Kemudian kebijakan pimpinan AURI saat itu memutuskan bahwa harus ada rekrutmen dadakan untuk mengisi kekosongan calon-calon personel yang nantinya akan mengawaki pabrik radar. Rekrutmen personel tambahan diambil dari para siswa Sekolah Teknik dan juga para guru-guru pengajar bidang Teknik dengan dilakukan ujian tes masuk secara sederhana.

Beberapa siswa yang hadir terdiri atas anggota AURI aktif serta para “anggota dadakan” yang terpilih selanjutnya dikirimkan ke Polandia untuk disiapkan sebagai tenaga teknik Radar Nysa. Pengiriman para siswa calon teknisi radar Indonesia dilaksanakan secara bertahap menjadi tiga gelombang dan dilaksanakan di suatu kota kecil yang bernama Yeleniogora selama dua tahun (1960-1962).

Beberapa siswa yang hadir terdiri atas anggota AURI aktif serta para “anggota dadakan” yang terpilih selanjutnya dikirimkan ke Polandia untuk disiapkan sebagai tenaga teknik Radar Nysa. Pengiriman para siswa calon teknisi radar Indonesia dilaksanakan secara bertahap menjadi tiga gelombang dan dilaksanakan di suatu kota kecil yang bernama Yeleniogora selama dua tahun (1960-1962).

Rencana pembangunan pabrik radar kemudian diwujudkan dalam pembangunan Pabrik Radar Panasan bertempat di Lanud Panasan atau yang saat ini disebut dengan Lanud Adi Soemarmo. Pemilihan wilayah ini berdasarkan perhitungan jarak yang sama antara wilayah barat dan timur Indonesia. Rencana dari proyek tersebut adalah untuk membangun suatu kesatuan yang mampu mengadakan pemeliharaan tingkat berat Radar type Nysa buatan Polandia dengan sasaran produksi delapan stasiun Radar per tahun.

Persiapan pelaksanaan proyek pembangunan Pabrik Radar di Lanud Panasan diawali dengan pembangunan fasilitas saranan dan prasarana. Pada tahun 1960 dilaksanakan pembangunan jembatan untuk mendistribusikan barang-barang berat ke lokasi dan bersamaan dengan itu dibangun pula beberapa fasilitas penunjang operasional Pabrik Radar Panasan yaitu antara lain:
  • Kompleks perumahan pejabat kesatuan saat itu yang menaungi Pabrik Radar Panasan (sekarang digunakan sebagai perumahan Pejabat Lanud Adi Soemarmo dan Depohar 50).
  • Komplek perumahan bintara tunggal (sekarang komplek radar A dan B).
  • Komplek perumahan bintara ganda dan tantama (sekarang komplek Dirgantara dan Antariksa).
  • Pembangunan Rumah Sakit Panasan (sekarang menjadi Rumah Sakit Lanud Adi Soemarmo).
  • Pembangunan penyaringan air untuk menyediakan air bersih bagi perumahan dan pabrik radar.
  • Pembangunan Gudang pemeliharaan Pusat (Guharpus) untuk penempatan suku cadang yang datang dari luar.
  • Pembangunan Pool Radar sebagai tempat penyimpanan radar yang telah selesai dirakit di pabrik dan diuji coba (sekarang menjadi Pool Kendaraan Lanud Adi Soemarmo).
Kegiatan pembangunan selanjutnya adalah Markas Pabrik Panasan yang dilaksanakan secara bertahap diawali dengan:
  • Membangun pagar tembok mengelilingi area Depo.
  • Membangun gedung mekanik, untuk menempatkan mesin-mesin mekanik (mesin bubut, frais, bor, gerinda, pemotongan plat, mesin las, dan bangku kerja, juga sebagian untuk administrasi sementara).
  • Membangun Gudang penempatan sparepart dan barang siap pakai dan kemudian sebagian digunakan untuk administrasi.
  • Membangun gedung Galvanisasi, pengecatan dan perkayuan, setengah jadi (60%).
  • Membangun gedung I yang akan digunakan untuk assembling unit-unit yang sudah selesai dari tiap-tiap seksi sehingga siap pakai.
  • Membangun gedung pengecoran yang terletak di bagian belakang Depohar 50 dan kemudian dijadikan sebagai Gedung Radar Udara dan Navigasi Udara, sedangkan uji coba radar dilaksanakan di halaman belakang dan setelah selesai uji coba ditempatkan di Pool Radar.
Pabrik Radar Panasan sempat menjadi salah satu icon kejayaan kekuatan militer Indonesia, bahkan pabrik produsen alutsista ini disebut sebagai yang terbesar se-Asia Tenggara pada masa itu. Pabrik Radar Panasan sudah mampu memproduksi keseluruhan komponen system radar meliputi bagian-bagian elektronik (transmitter, receiver), bagian-bagian mekanik radar dan juga bagian kimiawi (pengecatan).

Bagian elektronik diproduksi pada gedung paling utara (sekarang gedung A / Sathar 51), bagian mekanik pada gedung tengah (sekarang gedung B / Sathar 54), bagian kimiawi pada gedung tengah (sekarang gedung C / Sathar 53) dan gedung paling selatan digunakan sebagai bagian administrasi (sekarang gedung D / Sathar 52). Gedung paling besar dibelakang keempat gedung tersebut diperuntukkan sebagai bagian assembling atau perakitan radar (sekarang gedung E).

Selain radar darat, Pabrik Radar Panasan dahulu juga pernah menangani pemeliharaan radar udara yang berlokasi di gedung paling barat (sekaran gedung F), namun dikembalikan lagi ke Lanud Iswahyudi Madiun. Setelah selesai dirakit dan menunggu untuk digelar, radar akan disimpan di gedung penyimpanan (sekarang GPP 4). Selain merakit radar baru, Pabrk Radar panasan juga melaksanakan pembaharuan radar-radar tipe lama yang sebelumnya sudah ada di Indonesia.

Berikut ini akan dijabarkan urutan perubahan struktur jaring komando maupun penyebutan nama Depo Pemeliharaan 50 yang telah beberapa kali mengalami perubahan sejak awal berdirinya pada tahun 1960-an.

Depot Teknik 022

Nama “Depot Teknik 022” merupakan awal cikal bakal dari Depo Pemeliharan 50. Depot Teknik 022 adalah tonggak sejarah lahirnya pusat logistic alutsista radar yang akan menunjang kesiapan radar dalam melksanakan operasi pengamatan udara serta menjaga kedaulatan wilayah udara NKRI. Sejarah Depot Teknik 022 tentunya tidak terlepes dari riwayat kelahiran Komando Logistik Angkatan Udara (Kolog AU) yang sekarang berganti nama Komando Pemeliharaan Materiel TNI Angkatan Udara (Koharmatau). Pimpinan saat ini menyadari sepenuhnya bahwa untuk menjamin kelancaran dukungan logistik terhadap semua alutsista perlu diadakannya pengintegrasian semua unsur – unsur logistik di bawah suatu badan setingkat Komando. Sehingga pada tanggal 15 Agustus 1963 berdasarkan surat keputusan menteri / Panglima Angkatan Udara nomor 38 Tahun 1963, lahirlah Komando Logistik AU yang salah satunya membawahi Depot Teknik 022 sebagai unsur pelaksana pemeliharaan perlengkapan radar.

Pada awal berdirinya Depot Teknik 022 dipimpin oleh Mayor Udara Srijono dengan pangkat Kapten saat menerima jabatan Komandan Depot Teknik 022. Sejak awal berdirinya , Depot Teknik 022 telah mampu mengawaki beberapa jenis alut sista radar angkatan pertama yang dimiliki oleh militer AU Indonesia antara lain sebagai berikut:
  • Radar Type NYSA-B dan NYSA-C (Polandia tahun 1960). Lokasi penempatan Jakarta (JKT), Cikarang (CKR), Cibalimbing (CBL), Morotai (MRT), Ambon (ABN), Supadio (SPA), Makassar (MKS), Bula/Seram, Biak (BIK), Medan (MDN), Ploso (PLO) dan Ranai (RNI).
  • Radar Type P-30 (Rusia tahun 1961). Lokasi di Palembang (PLG), Pekanbaru (PBU), Tanjung Pandan (TDN), Banjar masin (BJM), Kalijati (KJT) dan Polek 02.
  • Radar Type DECCA PLESSEY HF-200 (Inggris tahun 1962). Lokasi penempatan Ploso (PLO) dan Tanjungkait (TKT).
  • Radar Type DECCA PLESSEY FR (Inggris tahun 1962). Lokasi penempatan Ploso (PLO) dan Cisalak (CSL).
  • Radar Type DECCA PLESSEY HYDRA (Inggris tahun 1962). Lokasi penempatan Tanjungkait (TKT).
  • Radar Type DECCA PLESSEY LC (Inggris tahun 1962). Lokasi penempatan Pemalang (PML) dan Ngliyep (NLI).
Pada masa perang Trikora Depot Teknik 022 ikut sumbangsih dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Para kru Depot Teknik 022 turut membantu kesiapan radar-radar yang nantinya akan digelar di beberapa perbatasan Indonesia dan Papua Barat sesuai dengan permintaan Komando Mandala saat itu yang di Komandani oleh Maijen Soeharto. Akhirnya beberapa radar jenis Nysa P-30 B/C digelar di Sangwo, Morotai, dan satu lagi digelar di Pangkalan Udara Langgur, Seram Timur. Di mana radar tersebut diperankan sebagai Ground Control Interception/Early Warning (GCI/EW) dengan jarak tangkapan lebih dari 450 Km yang dioprasikan bersama-sama Jet tempur Mig-17, P-51 Mustang, B-25 Mitcel, dan B-26 Invader.

Wing Logistik 050

Nama Depot Teknik 022 berubah menjadi Wing Logistik 050 sesuai dengan perkembangan organisasi Angkatan Udara serta tuntutan tugas dan tanggung jawab di bidang logistik terutama pada susunan organisasi Komando Logistik AU. Perubahan tersebut juga berimbas pada perubahan nama unsur satuan pelaksana Komando Logistik AU dimana dari 13 unsur satuan pelaksana di bawah Kolog AU di rampingkan menjadi 8 satuan pelaksana dengan perubahan nama Depot Teknik dan Depot Materiil menjadi Wing Logistik. Pada periode tahun 1966-1972, berdasarkan keputusan Menteri/Panglima Angkatan Udara nomor : 38 Tahun 1966 susunan organisasi Komando Logistik (Kolog) berikut istilah-istilahnya telah mengalami perubahan maka Depot Teknik 022 berubah menjadi Wing Logistik 050 dengan fungsi melaksanakan pemeliharaan berat peralatan elektronika pesawat terbang dan radar darat serta pembekalan materiilnya. Satuan yang ada dibawahnya adalah Skatek 051, 052, 053 dan Sekamat 054. Yang menjadi pimpinan dalam periode ini adalah:
  1. Letkol Udara Lek srijono
  2. Letkol Udara Lek Oetama
  3. Letkol Udara Lek Maman Suratman
  4. Mayor Udara Lek P.Sitorus.

Depo Radar

Pada periode berikutnya terjadi perubahan yang sangat signifikan di tubuh TNI AU unsur pelaksanan pemeliharaan radar tidak lagi di bawah kendali Kolog AU melainkan bernaung di bawah Puskomlekau yang di pimpin oleh Kapuskomlekau. Pada periode tahun 1972-1973 ini, berdasarkan Keputusan Kepala Staf Angkatan Udara nomor: 11 Tahun 1972 tanggal 13 Maret 1972, sehubungan dengan restrukturisasi organisasi TNI AU di mana unsur pelaksana pemeliharan radar tidak lagi di bawah kendali Kolog tetapi dibawah Puskomlek, maka Wing Logistik 050 berubah nama menjadi Depo Radar. Pimpinan Depo Radar Pada periode ini adalah Mayor Udara P. Sitorus.

Depot Komlek 02 

Periode tahun 1973-1978 Depo Radar berubah namanya menjadi Depot Komunikasi dan Elektronika 02 (Depot Komlek 02) dan tetap bernaung di bawah Kapuskomlek. Adapun Puskomlek pada tahun 1976 berganti nama menjadi Jankomlekau, pimpinan Depot Komlek 02 periode ini Adalah Letkol Lek P. Sitorus dan Kolonel Lek Soewito. 

Wing Komlek 02

Depot Komlek 02 pada tahun 1978 berubah nama menjadi Wing Komunikasi dan Elektronika 02 (Wing Komlek 02) dan tetap bernaung di bawah Jankomlekau. Berdasarkan Keputusan Kepala Staf TNI Angkatan Udara nomor: Kep/08/III/1979 tentang POP Jankomlek, maka Wing Komlek 02 mempunyai fungsi sebagai pelaksana utama pemeliharaan dan pembekalan tingkat III peralatan radar, satuan yang berada di bawahnya adalah Sathar 021, 022, 023, 024 dan Satkal 025, Pimpinan Wing Komlek 02 pada periode ini adalah: 
  1. Kolonel Lek Soewito
  2. Kolonel Lek Z. Ma’arief
  3. Kolonel Lek Himami.
Pada masa Wing Komlek 02 ini, telah terjadi beberapa penambahan radar baru yang dibeli dari beberapa negara luar untuk memperkuat system pertahanan udara nasional RI yakni sebagai berikut: 
  • Radar Type THOMSON THD-047 (CSF Perancis tahun 1978). Lokasi penempatan Tanjung Pinang (TPI).
  • Radar Type RAWIND SONDE PLESSEY (Inggris tahun 1984). Lokasi penempatan Iswahyudi (IWY).
  • Radar Type QUAD RADAR MARK-V ITT GILFILLAN (USA tahun 1984). Lokasi penempatan Pekanbaru (PBR) dan Iswahyudi (IWY).

Depolek 02

Adanya Restrukturisasi TNI AU kembali ke system Direktorat berdasarkan keputusan Kasau Nomor : Kep/24/III/1985 tanggal 11 Maret 1985, maka Wing Komlek 02 berubah menjadi nama menjadi Depo Pemeliharaan Elektronika 02 (Depolek 02) dan berada di bawah Direktorat Elektronika. Dengan keputusan Kasau tersebut maka tugas pokok Depolek 02 lebih dipertegas dan secara struktural lebih mengarah kepada penyelesaian tugas secara fungsional komoditif. Kedudukan Depo Pemeliharaan Elektronika 02 di singkat Depolek 02 berada langsung dibawah satuan pelaksana Direktorat Elektronika yang berkedudukan langsung dibawah Direktur Elektronika. Depolek 02 mempunyai tugas pokok sebagai pusat pemeliharaan tingkat berat, produksi terbatas alat-alat bantuan dan penyelenggaraan kesiapan materiil alat ukur militer dalam bidang peralatan Radar Darat.

Pada bulan Maret 1987 sesuai dengan keputusan Kepala Staf TNI AU nomor : Kep/39/III/1987 tanggal 30 Maret 1987,. POP Koharmatau telah mengalami perbahan . Walaupun masih mengalami system direktorat namun terjadi perubahan yang mendasar yaitu dengan adanya pemisahan dalam penyelenggaraan fungsi pemeliharaan dan pembekalan. Hampir seluruh fungsi pembekalan yang semula ditangani oleh Koharmatau telah ditarik ke Mabesau, sedangkan dalam penyelenggaraan fungsi pemeliharaan, Koharmatau hanya berfungsi sebagai penyelenggara dan pelaksana pemeliharaan tingkat berat saja. Berdasarkan Skep Kasau ini maka Depolek 02 masuk dalam jajaran Koharmatau.

Selain itu berdasarkan keputusan tersebut Depolek 02 juga mempunyai tugas tambahan selain tugas pokoknya dalam menyelenggarakan dan melaksanakan pemeliharaan tingkat berat peralatan radar, yaitu Depolek 02 juga melaksanakan pendidikan Teknisi radar Thomson dan Plessey. Tugas ini dilatarbelakangi tersedianya Test Bench dan tersedianya sarana dan prasarana belajar yang memadai. Depolek 02 didalamnya terdapat bengkel 21 untuk pemeliharaan Radar Thomson on site dan bengkel 23 untuk pemeliharaan Radar Thomson off site, Bengkel 21 dan 23 menjadi cikal bakal Sathar 51. 

Nama-nama pejabat Pimpinan Depolek 02 yang menjabat pada masa ini antara lain sebagai berikut:
  1. Kolonel Lek Himami
  2. Kolonel Lek IGP. Mastra
  3. Kolonel Lek Atmardatin
  4. Kolonel Lek Djoko Sanjoto, S.E.
  5. Kolonel Lek Wijono, S.E.
  6. Kolonel Lek Astono, S.E.
Pada periode tersebut Depolek 02 terdapat penambahan jumlah radar yang cukup banyak, guna semakin memperkuat unsur pertahanan serta deteksi dini wilayah udara NKRI antara lain:
  • Radar Type THOMSON TRS-2215 R (CSF Prancis tahun 1981). Lokasi penempatan Ranai (RNI), Madiun (sekarang di Buraen/Kupang (BRN), Dumai (DMI), Lhokseumawe (LSE).
  • Radar Type THOMSON TRS-2215 D (CSF Prancis tahun 1986). Lokasi penempatan Cibalimbing (CBL), Sabang (SBG), Sibolga (SBL).
  • Radar Type THOMSON TRS-2230 (CSF Perancis tahun 1987). Lokasi penempatan Tanjungkait (TKT).
  • Radar Type PLESSEY AR-325 COMMANDER (Inggris 1991). Lokasi penempatan Tarakan (TRK), Balikpapan (BPP) dan Kwandang (KWD).

Depohar 50 dan Sathar 51

Sesuai dengan Keputusan Kepala Staf TNI AU Nomor: Kep/4/III/1999 tanggal 16 Maret 1999 yang merupakan penyempurnaan Kep/39/III/1987, pokok-pokok organisasi dan prosedur Komando Pemeliharaan Materiel TNI AU (Koharmatau) mengalami perubahan khususnya pada tingkat pelaksana. Dengan keputusan Kasau tersebut, maka Depolek 02 berubah menjadi Depo Pemeliharaan 50 atau biasa disingkat dengan nama Depohar 50, dan nama Sathar 51 terbentuk serta menjadi bagian dari jajaran Depohar 50. Adapun para pejabat pimpinan Depohar 50 yang menjabat pada periode ini adalah:
  1. Kolonel Lek Ir.IB. Surya Adikara.
  2. Kolonel Lek Bambang Iswahyudi.
  3. Kolonel Lek Loyar Pakpahan.
  4. Kolonel Lek Suparman D.M.M.M.Si(Han).
  5. Kolonel Lek Ir. Bambang Sosiriyantho.
  6. Kolonel Lek Ir. Junianto, M.M.
  7. Kolonel Lek B.J.J. Hetharia S.E.M.I (Kom).
  8. Kolonel Lek Toto Miarto.
  9. Kolonel Lek Kotot Sutopo Adji M.Si. (Han).
  10. Kolonel Lek Wahyu Widodo.
  11. Kolonel Lek Budi R. Leman, S.T., M.M.
  12. Kolonel Lek Hadi Siswoyo, S.Sos., M.M.
Pada periode tersebut pula terbentuk Satuan Pemeliharaan 51. Tugas Sathar 51 melaksanakan pemeliharaan Radar Thomson. Adapun Para komandan Satuan Pemeliharaan 51 dari awal hingga sekarang sebagai berikut:
  1. Letkol Lek Toto Miarto; periode tahun 1998 – 1999. 
  2. Mayor Lek PJ Bambang Purwanto; periode tahun 1999 – 2000. 
  3. Mayor Lek Kotot Sutopo Adji; periode tahun 2000 – 2002. 
  4. Letkol Lek PJ Bambang Purwanto; periode tahun 2002 – 2004. 
  5. Mayor Lek Gunarijadi; periode tahun 2004 – 2006. 
  6. Mayor Lek Untung Kus Hermiandono; periode tahun 2006 – 2007. 
  7. Mayor Lek Budi Santoso; periode tahun 2007 – 2008. 
  8. Mayor Lek Emil Syarif Fachrie; periode tahun 2008 – 2010. 
  9. Mayor Lek Feri Eka Putra; periode tahun 2010 – 2011. 
  10. Mayor Lek Benny Setiawan; periode tahun 2011 – 2013. 
  11. Mayor Lek R.M.R. Jatikusumo; periode tahun 2013 – 2014. 
  12. Mayor Lek Gatot Wiseso, S.T ; periode tahun 2014 – 2015. 
  13. Mayor Lek Alfred Eisener Anes; periode tahun 2015 – 2017. 
  14. Mayor Lek Damardita Hiranda; 2018 - 2019.
  15. Mayor Lek I Made Sukrawan, S.T., M.T.; periode tahun 2019 - sekarang.

Diberdayakan oleh Blogger.